Ramai
Trending

Mengenang 112 Tahun Nahum Situmorang, Komponis Batak Runner Up Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia

ALU SI AU, ALU SI AU

KawalSumut.Com – Penggalan lirik lagu batak di atas pasti sudah tidak asing di telinga masyarakat Sumatera Utara secara umum dan masyarakat Batak secara khusus. Lagu ini bercerita tentang beragamnya cita-cita tiap-tiap manusia, ada yang berharap kekayaan, keberhasilan, dan kehormatan, sebagian lagi berharap kemsayuran namanya.

Adalah Nahum Situmorang, komponis bertangan dingin yang lagu-lagunya berhasil populer hingga kini. Lahir di Sipirok, 14 Februari 1908, Nahum merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Asalnya sebenarnya dari Tarutung, Tapanuli Utara. Nahum lahir di Sipirok karena ayahnya, Kilian Situmorang bertugas di sana.

Bakat musiknya lahir di usia dini, sejak duduk di bangku sekolah dasar Nahum suda hobi bernyanyi. Nahum lulus dari Hollandsch-Inlandcche (HIS)-sekolah dasar pada masa kolonial Belanda. Lalu ia melanjutkan pendidikan ke Kweekschool-sekolah guru-di Jalan Gunung Sahari Jakarta kemudian dipindahkan ke Lembang, Jawa Barat. Di sanalah bakat musiknya mulai terasah dan semakin berkembang.

Pada 1928, Nahum masuk barisan peintis kemerdekaan dan ikut serta menjadi anggota Kongres Pemudaa II pada 27-28 Oktober di Batavia. Ia bahkan pernah mengikuti sayembara menciptakan lagu kebangsaan yang kemudian dimenangkan oleh Wage Rudolf Supratman, sedangkan Nahum memperoleh juara kedua. Sayangnya lagu ciptaan Nahum tidak tercatat dan terekam dengan baik sehingga menghilang.

Usai lulus dari Kweekschool Lembang pada 1928, Nahum kemudian mengajar di sekolah partikelir Bataksche Studiefonds di Sibolga, Sumatera Utara Pada 1929-1932. Kemudian Nahum kembali ke Tarutung pada 1932 dan mendirikan sekolah HIS-Partikelir Instituut Voor Westers Lager Onderwij. Di sanalah Nahum menciptakan dua karya populernya O Tao Toba dan Rura Silindung.

Di sana, Nahum terkenal sering mengunjungi kedai tuak (Lapo Tuak). Masyarakat sangat menyenangi ketika Nahum bernyanyi di sana. Hal inilah yang kemudian membuat lagu-lagu Nahum sering dimainkan di Lapo Tuak.

Dari sekian banyak musik, Nahum paling menyenangi biola, namun jenis alat musik yang dikuasainya beragam mulai dari gitar, piano, dsb.

Tercatat 171 lagu ciptaannya yang telah ditemukan, beberapa yang populer diantaranya:

  • Alusi Ahu
  • Anakhonhi Do Hasangapon Di Ahu
  • Ansideng Ansidoding
  • Beha Pandundung Bulung
  • Da Na Tiniptip Sanggar
  • Dengke Julung Julung
  • Dijou Ahu Mulak Tu Rura Silindung
  • Ee Dang Maila Ho
  • Ketabo-Ketabo
  • Lissoi
  • Marhappy-Happy Tung So Boi
  • Malala Rohangki
  • Marombus Ombus
  • Nahinali Bangkudu
  • Nasonang Do Hita Nadua
  • Nunga Lao Nunga Lao
  • O Tao Toba
  • Pulo Samosir
  • Sai Gabe Ma Ho
  • Sai Tudia Ho Marhuta
  • Sega Na Ma Ho Sitogol
  • Tumba Goreng
  • Utte Malau

Sayangnya, Nahum kalah populer dengan karya-karyanya. Kebanyakan masyarakat bahkan tidak mengenal Nahum, padahal menyanyikan karyanya. Minimnya pengetahuan mengenai Nahum disinyalir karena terbatasnya literatur maupun penelitian yang membahas Nahum.

Nahum wafat pada 20 Oktober 1969. Dikebumikan di TPU Jalan Gajah Mada, Medan. Namun nyatanya pusara tersebut jarang dikunjungi dan hanya ramai jika sedang ada festival musik di Medan.

Rencananya, untuk mengenang Nahum, ada sekitar empat hektar tanah yang disediakan di Samosir ingin di jadikan sebagai taman Nahum Situmorang.

Adalah Joyce boru Manik orang yang paling bersemangat untuk mewujudkan kerinduan itu. Joyce menyebut bahwa dirinya bukan siapa-siapa dari Nahum Situmorang, dan tak punya kepentingan, hanya batinnya ingin berkontribusi akan keriduan sang seniman tersebut. Berpuluh tahun lalu ada panggilan ada di nya. Merasa hal itu adalah utang yang belum terbayarkan.

“Saya merasa satu tujuan pemindahan adalah perwujudan permintaan almarhum, yang tertuang dalam penggalan lirik Lagu Pulo Samosir. Sejak dulu saya selalu dipanggil untuk mewujudkan pemindahan itu,” ujar ibu tiga anak ini saat diwawancara beberapa waktu lalu.

Hari ini, 112 tahun Nahum, semoga di tahun ini Nahum mendapat penghargaan yang layak untuk kontribusinya bagi musikalitas di Indonesia khususnya Tanah Batak. Tak hanya sekedar dibuatkan tugu peringatan, tapi juga dikenang sebagai Pahlawan Nasional.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close