InfrastrukturMadinaRegional

Edy Rahmayadi Berikan Solusi Mengatasi Banjir di Madina, Salah Satunya Salat Taubat

Pemerintah Sumatera Utara merelokasi masyarakat yang rumahnya diterjang bencana banjir dan juga longsor di Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

Pembangunan jalan yang semulanya hancur akibat diterjang air, kini sudah ditangani pemerinta dan sudah dalam proses pembangunan.

“Rabu ini akan kita bahas tentang rencana aksi relokasi masyarakatnya yang bermukim di pinggir sungai dan tepi jurang,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara Riadil Akhir Lubis, Rabu (20/11/2018).

Relokasi dan perbaikan jalan kata Riadil mempergunakan dana APBN dan APBD.

Setelah Madina selesai dalam pembahasan, pemerintah akan langsung meninjau kembali Nias Selatan (Nisel) untuk melakukan relokasi masyarakat yang masih bermukim di tepian tebing/jurang.

“Setelah ini selesai baru akan melakukan pembahasan di Nias akan kita pindahkan juga masyarakatnya,” katanya.

Sementara itu, di Madina yang semula hanya ada dua kecamatan yang akan menjadi pembahasan untuk dilakukannya relokasi, kini bertanya menjadi empat.

Riadil selaku kepala BPBD akan memantau terus perkembangan pembangunan daerah rawan potensi bencana tersebut.

“Dan semula hanya kecamatan Ulung pungkut bertambah menjadi dua lokasi, Kecamatan Lingga Bayu, Batang Natal,” ujarnya.

Riadil menyampaikan saat ini di Madina hampir setiap malam terjadi hujan diperkirakan sampai bulan Desember, hingga longsor kecil juga sering terjadi, tetapi tidak memakan korban.

Dirinya juga mengatakan, bahwa alat berat sudah dipersiapkan bila kembali bencana alam datang.

“Hujan hampir setiap hari, itu yang kita khawatirkan, dan longsor kecil juga masih ada sampai saat ini. Tapi alat berat kita sudah dipersiapkan di sana melalui UPT Bina Marga, termasuk juga Balai Jalan Nasional disiagakan, terus hujan sampai bulan 12,” ujarnya.

Diperkirakan ada puluhan hingga ratusan rumah hancur dan hanyut dalam peristiwa bencana alam tersebut.

Menurut data yang dimiliki Riadil, di Ulungkut ada 75 rumah rusak dan hanyut, Linggau Bayu 42 hanyut, dan 59 rumah rusak berat, Batang Natal 24 hanyut, dan semuanya bermukim ditempat terlarang di tepi sungai yang berpotensi terkena bencana.

“Mereka ini yang rumahnya hancur dan hanyut itu bermukimnya di pinggir atau tepian sungai dan tebing yang curam. Kalau terjadi bencana langsung kena,” katanya.

Ke depannya, pemerintah telah mengupayakan kepada masyarakat daerah melalui bupati untuk tidak bermukim di daerah-daerah yang berpotensi rawan bencana alam seperti banjir dan longsor yang akan memakan korban.

Untuk jumlah korban pengungsi yang melebihi angka seratus sudah berada di tempat yang lebih aman, dan logistik setiap hari dipasok oleh pemerintah.

“Makanya itu, kita tidak memperbolehkan Lagi mereka untuk kembali tinggal di sana, dan sudah menjadi kebijakan oleh pemerintah. Para pengungsi saat ini berada di tempat pengungsian baik itu rumah saudara juga tempat umum. Logistik setiap hari kita pasokan dan tidak kekurangan,” kata dia.

Pembangunan sekolah saat ini masih dalam proses pembahasan, ada beberapa yang hancur bahkan tidak seperti utuh kembali.

Riadil menyampaikan, bahwa bangunan sekolah yang terkena bencana ada beberapa tidak layak bagi para siswa untuk belajar.

“Untuk sekolah-sekolah yang rusak akan ada pembangunan sekolah. Bahkan bangunan sudah tidak layak huni lagi lah, karena terkena bencana alam tersebut,” ucapnya.

“Seluruh kepala daerah diminta oleh Gubernur untuk segera melakukan kebijakan izin mendirikan bangunan (IMB), meliputi wilayah pinggir sungai dan tebing curam, apalagi rawan bencana daerahnya,” ujarnya.

Ada faktor selain cuaca ekstrim yang terjadi di Madina, sambung Riadil, dirinya percaya bahwa perihal bencana yang belakangan terjadi adalah musibah dari Tuhan kepada Manusia.

Ia menyampaikan bahwa dari zaman dahulu sudah sering terjadi hujan, tetapi tidak pernah sampai memakan korban.

“Kalau dari sisi non fisik atau keimanan, kita percaya itu adalah musibah yang dibebankan kepada manusia itu, kata pak Edy. Kalau hujan dari zaman dahulu harus ya hujan terusnya, kenapa sekarang ini bisa terjadi kerusakan dan memakan korban. Kita kembali dulu kepada keimanan, apa salah dan dosa yang kita lakukan,” katanya.

Edy Rahmayadi saat berada di lokasi bencana alam, menyampaikan bahwa seluruh masyarakat diminta untuk sering memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar dapat diberi perlindungan olehnya

“Pak Edy memerintahkan untuk melakukan salat taubat, kemarin sempat mendapatakan kabar, bahwa Bupati mengadakan dan mengajak masyarakat untuk salat taubat,” katanya.

(Sumber: medan.tribunnews.com)

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close