Regional
Trending

Kusta Kembali Terdeteksi Tiga Kasus Ditemukan di Tapteng

KAWALSUMUT.COM – Penyakit kusta yang sudah lama tak terdengar, kembali terdeteksi. Terakhir, seorang warga binaan Lapas Kelas II A Sibolga dinyatakan positif menderita penyakit kusta (lepra).

Hal ini diketahui saat petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) melaksanakan pemeriksaan kesehatan terhadap 13 warga binaan Lapas Kelas II A Sibolga beberapa hari lalu. “Satu kasus ditemukan dan sudah diobati,” kata Kabid P2P Dinkes Tapteng Ewiya Laili, Sabtu (26/1) lalu.

Disebutkannya, pemeriksaan sekaligus peringatan Hari Kusta Sedunia ke 66 ini, selain mengontrol penderita, juga untuk melakukan survei kontak terhadap warga binaan lain yang sering berinteraksi dengan penderita. “Sudah diperiksa belum ada gejala kusta bagi warga binaan lain,” ujarnya.

Lebih jauh disampaikan, sejauh ini, jumlah penderita kusta di Kabupaten Tapanuli Tengah ditemukan sebanyak 3 kasus, yakni seorang di Kecamatan Sarudik, seorang di Sirandorung dan terakhir seorang di Lapas Sibolga.

Mengantisipasi penyakit menular tersebut, Ewiya menegaskan, pihaknya akan memberikan pengobatan secara rutin, serta penderita diwajibkan melakukan kontrol satu kali dalam tiga bulan.

“Akan diberi obat selama 6 bulan, dan tidak akan menular lagi. Tapi kita ingatkan jangan putus minum obat, kalau berhenti, penderita harus mengulang minum obat dari awal,” jelasnya.

Senada, Kasi Binadik Lapas Klas II A Sibolga Ravin Tua Simanullang menyebutkan, warga binaan penderita kusta di Lapas Sibolga selalu diberikan penanganan kesehatan secara maksimal, semisal kontrol kesehatan dan penempatan pada ruangan khusus, termasuk penderita TBC. “Jika sudah waktunya cek kesehatan, akan segera kita rujuk,” tukasnya.

Soal perihal awal warga binaan penderita kusta tersebut, Ravin menegaskan tidak terjadi di Lapas. Sebelum menghuni Lapas Sibolga, warga binaan tersebut telah terlebih dahulu mengidapnya. Hal ini dibuktikan dari riwayat penderita kusta di Lapas Sibolga, baru kali ini ditemukan.

“Masa inkubasikan terjadi selama 5 tahun, jadi kita tidak tahu tertular dimana. Apalagi penderita adalah warga binaan pindahan dari Rantau Prapat,” pungkasnya.

Seperti diketahui, penyakit kusta atau lepra, yang lebih dikenal dengan Morbus Hansen atau kusta adalah infeksi kulit kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Lepra termasuk penyakit tertua dalam sejarah, dikenal sejak tahun 1400 sebelum masehi. Infeksi ini menyerang saraf tepi dan kulit, kemudian saluran pernapasan atas, dan bisa juga menyerang organ lain kecuali otak.

Jumlah penderita lepra di dunia pada tahun 2007 diperkirakan 2-3 juta orang lebih. Pada 2008, penderita penyakit lepra di Indonesia diperkirakan sebanyak 22.359 atau 0,73 kasus dari setiap 100.000 penduduk, dengan jumlah kasus baru sebanyak 16.668. Penyakit ini banyak ditemukan terutama di pulau Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Kusta adalah salah satu penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan kecacatan, mutilasi (misalnya terputusnya salah satu anggota gerak seperti jari), ulserasi (luka borok), dan lainnya. Infeksi kulit ini disebabkan karena adanya kerusakan saraf besar di daerah wajah, anggota gerak, dan motorik; diikuti dengan rasa baal yang disertai kelumpuhan otot dan pengecilan massa otot.

Apa penyebab penyakit kusta? Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut ditularkan melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan penderita. Anggapan lain menyebutkan bahwa penyakit ini juga bisa ditularkan melalui inhalasi alias menghirup udara, karena bakteri penyebab penyakit kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet (butiran air) di udara.

Bakteri penyebab penyakit kusta juga bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan binatang tertentu seperti armadilo. Penyakit ini memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40 tahun, rata-rata membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.

Sekitar 95 persen orang kebal terhadap bakteri penyebab penyakit kusta, dan hanya sekitar 5 persen yang dapat tertular bakteri tersebut. Dari 5 persen orang yang tertular bakteri penyebab penyakit kusta, sekitar 70 persennya sembuh sendiri, dan hanya 30 persen yang sakit kusta. Artinya, dari 100 orang yang terinfeksi bakteri ini, hanya 2 orang yang akan jatuh sakit.

Apa saja tanda dan gejala kusta? Penyakit ini terdiri dari dua jenis, yaitu kusta kering atau pausi basiler (PB) dan kusta basah atau multi basiler (MB). Munculnya bercak putih seperti panu biasanya merupakan gejala kusta kering. Sedangkan gejala kusta basah lebih mirip kadas, yaitu bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit.

Gejala kusta yang paling mendasar lainnya adalah mati rasa atau baal. Kondisi ini menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan perubahan suhu sehingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit. Nah, hal tersebutlah yang menyebabkan penderita rentan mengalami kecacatan karena saraf mereka rusak, sehingga mereka tidak merasakan sakit meskipun jari mereka putus.

Selain yang sudah disebutkan tadi, beberapa tanda dan gejala kusta yang harus diwaspadai. Di anataranya adalah kulit kering, dan pada daerah yang sebelumnya ditumbuhi rambut atau bulu bisa rontok, bulu mata yang rontok. Kemudian kelemahan atau kelumpuhan otot, perubahan bentuk wajah.

Selanjutnya mutilasi, rasa baal menyebabkan penderita tidak menyadari adanya luka, sehingga bisa menimbulkan luka yang tidak diobati. Lalu Ginekomastia (payudara yang tumbuh membesar pada pria), akibat gangguan keseimbangan hormone, penurunan berat badan, pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut, lepuh atau ruam. Kemudian muncul bisul tapi tidak sakit, hidung tersumbat atau mimisan, serta muncul luka tapi tidak terasa sakit

Tanda dan gejala kusta sering kali menyerupai penyakit lain, dan terkadang menyebabkan terlambatnya diagnosis, oleh sebab itu penyakit disebut juga sebagai the great immitator. Beberapa penyakit yang mirip dengan kusta adalah vitiligo, ptiriasis versikolor, ptiriasis alba, tinea korporis, dan masih banyak lagi.

Segera konsultasikan dengan dokter Anda jika menemukan gejala di atas, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis.

Total kasus penyakit lepra di dunia dalam 20 tahun terakhir merosot tajam hingga 90 persen. Hampir 16 juta pasien dengan penyakit ini telah sembuh total setelah menjalani pengobatan dengan antibiotik yang diresepkan dokter.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close