Politik
Trending

Raker Virtual Komisi XI dan Bank Indonesia Diwarnai Suasana Sentimentil dan Kisah Nabi Nuh

KawalSumut.com – Indonesia, bahkan dunia saat ini berada dalam kecemasan dan kesulitan yang dahsyat, sebagai akibat dari penyebaran pandemi Covid-19 yang sangat cepat. Jutaan orang terinfeksi dan puluhan ribu orang meregang nyawa. Kehidupan normal tidak berjalan mulus, dunia was-was dengan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Untuk itu, hari Rabu 8 April 2020, Komisi XI DPR RI membidangi Keuangan dan Perbankan melakukan rapat virtual dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Adapun agenda rapat adalah membahas stabilitas sistem keuangan di tengah pandemik Covid-19. BI adalah salah satu mitra kerja Komisi XI DPR RI.

Seperti biasa, usai sesi pertanyaan para anggota Komisi XI selesai, giliran Gubernur BI Perry menjawab pertanyaan-pertanyaan para Anggota DPR tersebut. Di awal menjawab, nada suara Perry biasa dan santai.

Namun, lama kelamaan nada Perry seolah bercampur emosional dengan menjadi lebih cepat dan bernada tinggi. Matanya pun terlihat mulai berkaca-kaca.

“Saya ingin nangisi. Setiap malam tahajud memohon lindungan karena Allah yang Maha Besar, Maha Kuasa dan Insya Allah bangsa kita selamat. Mohon maaf pak ketua, kalau saya agak sentimentil dan emosional,” ujar Perry dengan tubuh bergetar dan mata berkaca-kaca, pada Raker virtual tersebut.

Sikap sentimentil dan emosional Perry itu muncul ketika hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan para Anggota Dewan yang menanyakan bagaimana skenario terberat untuk kondisi perekonomian nasional, bagaimana jika ekonomi tidak mampu recovery.

Salah satu pertanyaan datang dari Anggota DPR Komisi XI Fraksi PDI Perjuangan Sihar Sitorus. Anggota DPR dari daerah pemilihan Sumatera Utara 2 ini juga menanyakan bagaimana langkah BI terkait cadangan devisa yang mengalami penurunan hingga US$ 9,4 miliar dalam satu bulan.

Perry menjawab bahwa saat ini BI intens berkomunikasi dengan regulator keuangan, pemerintah dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Perry juga mengungkapkan bahwa covid-19 ini muncul di Indonesia pada 10 Maret 2020 dan setelah itu kasus postif terus mengalami peningkatan.

“Bapak Ibu ingat, minggu keempat sudah ada pergerakan manusia dari Jakarta ke berbagai daerah menggunakan bus-bus sehingga muncul resiko pandemik yang lebih luas,” ungkap Perry.

Ditambahkan Perry bahwa bank sentral telah berupaya untuk mengantisipasi agar pandemik tidak berdampak ke ekonomi, UMKM dan bagaimana nantinya jika berdampak ke sektor keuangan. Untuk itu, Perry menegaskan bahwa BI dan pemerintah berupaya untuk mengukur dengan skenario moderat seperti kisahnya Nabi Nuh.

“Jadi kalau diukur dengan skenario moderat, begini kalau banjir sampai gedung itu untuk skenario berat, ini kami ukur banjir sampai ke gunung,” ungkapnya.

Untuk itu Perry mengatakan dibutuhkan payung dengan plan a, plan b dan plan c.
“Kami ingin mencegah itu, harus ada golden moment, safety net jalan pemulihan ekonomi, dampaknya ke perbankan. Kalau ada dampak bagaimana program restrukturisasi dampak ke perbankan seperti apa,” katanya.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close